|
Bagian Depan Pesta Keboen |
|
Kasir Pesta Keboen |
Di daerah “Gergadji”, tepatnya di jalan Veteran
no 29 Semarang pada tahun 1908,
berdiri sebuah rumah
yang menjadi
bukti sejarah bahwa bangsa belanda pernah singgah bahkan tinggal dan hidup di
kota Semarang. Rumah ini di
singgahi oleh kedua pasang suami istri berkebangsaan Belanda. Menelaah
sejarah yang masih kental kaitannya dengan bangunan ini, dahulu kala di sekitar rumah ini
terdapat pemakaman Tionghoa, yang tepatnya berada di pemukiman lempongsari,
yang walau begitu setelah masa walikota daniel de iongh, pemakaman tersbut
disepakati untuk dibongkar dan dipindahkan ke arah timur, daerah tegalsari, dan
kemudian daerah lempongsari
ini dijadikan
areal pemukiman baru. Dan juga
pada waktu yang bersamaan sekitar pada tahun 1920 meskipun hanya untuk sementara waktu saja, bangunan
ini sempat difungsikan sebagai rumah singgah bagi tenaga keperawatan bangsa
belanda yang bekerja di sebuah rumah sakit yang tidak jauh dari rumah tersebut, setelah kedua pasang suami istri tersebut kembali
kenegaranya.
|
Bagian Dalam Pesta Keboen |
Setelah
berlalunya kemerdekaan bangsa indonesia, bangunan ini kemudian berpindah tangan menjadi milik pribumi, dan sempat
bangunan ini menjadi
bangunan yang tak berpenghuni, hingga pada tahun 1998 Bapak Deded
Hari Praktiktu seorang Interior Design dan pecinta barang antik, mengambil hak alih kepemilikan atas rumah
tersebut. Pada tahun 2000, Pak Deded merenovasi bangunan ini, alhasil terbentuklah
sebuah Rumah Kuliner Belanda atau Restauran yang diberi nama Pesta Keboen. Rumah makan Pesta Keboen ini memiliki nuansa vintage
atau bisa disebut Eropa – Belanda di dalamnya. Mungkinkah Pak Deded memberikan
interior seperti ini di karenakan hobinya? Ataukah Pak Deded ingin melestarikan
bangunan kuno ini? Sebagai Rumah Kuliner Belanda, Pesta
Keboen ini adalah Restauran bernuansa Vintage atau Eropa – Belanda pertama yang
berdiri di kota semarang ini. Tak bisa dipungkiri isi atau desain di dalam
restauran ini memiliki nuansa Eropa-Belanda masa Lampau. Hal itu dimungkinkan karena
kecintaan pak Dedek
terhadap barang antik. Tak sedikit barang antik yang menjadi
hiasan di dalam restauran ini. Mulai dari kursi bernuansa vintage, lemari kayu
dan pernaik pernik gelas hingga hiasan yang tergantung di dinding, seperti,
setrika uap dan pistol model lama. Rumah ini pun tidak meninggalkan bentuk
aslinya, hal ini terlihat jelas dari ornamen ornamen seperti kusen pintu dan
jendelanya yang masih
tetap sama seperti awal berdiri rumah tersebut. Hanya saja ada
beberapa bagian dalam yang dirubah dan di perlebar untuk memudahkan tamu restauran untuk
memberikan kenyamanan tamu restauran untuk menyantap makanan mereka. Seperti, yang tadinya rumah tersebut memiliki 4
kamar, saat ini di dalam Pesta Keboen kamar tersebut sudah hilang menjadi aula
makan.
|
Wisatawan dari Korea yang sedang menikmati sajian Pesta Keboen |
Meskipun
rumah makan ini berkesan Eropa – Belanda namun makanan yang disajikan tidaklah
luput dari nuansa indonesia seperti gado gado dan sejenisnya. Pengunjung yang
datang sambil menunggu hidangan yang mereka pesan akan disuguhi dengan kripik
tela dan jamu secara gratis. Karena itu anda tidak perlu khawatir apabila lidah
anda akan tidak cocok dengan menu di Rumah Makan ini. (GW)
0 komentar for "Pesta Keboen Rumah Kuliner Eropa-Belanda Pertama Semarang"
Posting Komentar